Saturday, January 16, 2010

Kontes Gay Pertama Di Tiongkok



[nc_gay_china_100115_mn.jpg]

Beijing Delapan pemuda ganteng mengikuti kontes Mr Gay pertama di Tiongkok. Pemenangnya, nanti boleh mewakili Tiongkok di ajang internasional, yang akan berlangsung di Norwegia.

Namun, sang pemenang juga mendapat tugas berat lain, bertindak sebagai duta besar aktif kaum homo dan lesbian, di negeri mereka sendiri.

Tampak bahagia, potret mereka terpampang di halaman muka penerbitan koran pemerintah Tiongkok berbahasa Inggris, China Daily: dua pria Tiongkok. Mereka mengaku pasangan homo resmi pertama di Tiongkok.

Memang, mereka tidak punya buku nikah, karena undang-undang tidak mengenal ikatan pernikahan dengan jenis kelamin sama. Namun, hal itu tidak merintangi hasrat Zeng Anquan dan Pan Wenjie, untuk satu sama lain berjanji setia di muka umum.

Selain tanpa buku nikah, juga tidak ada orangtua dan relasi hetero mereka. Karena malu, mereka tidak ada yang hadir. Bagi kebanyakan warga Cina, homo seksualitas masih tabu. Padahal, sekitar 30 juta warga homo dan lesbian Tiongkok kini tidak mau lagi menyembunyikan diri.

Hingga tahun 1997, homo seksualitas dianggap sebagai pelanggaran. Selanjutnya, sejak 2001 termasuk gangguan psikiatri. Keterbukaan mengenai homo seksualitas sekarang ini, merupakan hal baru bagi tiongkok.

Sejak terbebas dari cap ‘kriminal’, dengan berhati-hati ‘masyarakat pelangi’ mulai berani membuka diri. Ini bisa berhasil, karena pada umumnya, moral tradisional puritan sedikit demi sedikit mulai lenyap. Saat ini, pasangan tanpa menikah, berciuman di muka umum dan penerangan seksual, di kota-kota besar tampaknya sudah bisa diterima.

Akhirnya, pada tahun 2009 kaum Gay Tiongkok benar-benar membuka diri. Atlet-atlet negeri itu mengikuti Pesta Olahraga Kaum Homoseksual di Kopenhagen. Shanghai menyelenggarakan Parade Gay pertama. Dan Yunan, dengan bantuan pemerintah, membuka bar homo. Dan Jum’at ini, Beijing menyelenggarakan pemilihan Mr Gay pertama.

Kontes ini menarik perhatian media, kata Ben Zhang, organisator Gayographic: “Tapi, 99,9 persen wartawan yang hadir, adalah wartawan asing. Media tiongkok tidak memberitakan peristiwa ini.”

Ia tidak menjelaskan apakah ia mengundang mereka. Zhang tidak mau terlalu memaksa. “Kami baru akan merasa lega, jika kontes tersebut telah berlangsung. Kita tidak pernah yakin. Bisa saja, kegiatan seperti itu, pada saat-saat terakhir, dengan berbagai alasan, dilarang pemerintah.”

Delapan kandidat akan bertarung di sebuah diskotek, menjadi wakil negeri mereka pada kontes tingkat dunia di Norwegia. Butir penilaian: kepribadian, daya tarik, dan tentu saja harus tampil mempesona dengan celana renang.

Namun, yang paling penting sebenarnya Mr Gay Tiongkokharus tampak ceria, aktif dan sehat, sebagai dutabesar di negeri sendiri. Karena, ia harus berusaha menghilangkan sekian banyak prasangka buruk.

Hal itu juga berlaku bagi kalangan homo sendiri, jelas Li Lian, seorang pemotong rambut berusia 30 tahun. Kini pun ia masih berangan-angan, suatu saat, akan bangun tidur, dan berubah menjadi seorang hetero.

“Polisi sering melancarkan razia di taman-taman, menangkap beberapa orang pria. Saya tertarik pada pria-pria tersebut. Jadi, saya juga takut ditangkap.”

Sebelumnya, ia pernah menikah, dan lalu bercerai. “Saya menikah selama tiga tahun. dan kemudian bercerai, masih dalam keadaan sebagai perjaka.” Lalu ia memberi tahu orangtuanya, bahwa ia hanya tertarik pada pria. Sejak itu, pertanyaan orangtua padanya selalu sama: “Sudah sembuh?” Seolah-olah homo seksualitas itu semacam penyakit pilek.

Li, adalah nama samaran, dan ia tidak mau dipotret. Ternyata, kebiasaan untuk menutup diri, masih sangat dalam.

Walaupun kaum homo Tiongkok masih harus menempuh perjalanan panjang, posisi mereka tidak seburuk nasib kaum homo di Afrika. Di puluhan negeri Afrika, hubungan seksual antara pasangan homo atau lesbian, mendapat ancaman hukuman penjara bertahun-tahun.

Di Sudan, kaum homo yang ditangkap, terlebih dulu mendapat hukuman cambuk, lalu baru dijebloskan ke tahanan.

Berbeda dengan situasi di Afrika, tradisi agama di Tiongkok tidak mengenal tabu dalam soal homo seksualitas. Homo seksualitas hanya bentrok dengan salahsatu kewajiban tradisional Cina paling penting, bagi seorang anak laki-laki atau perempuan: mempersembahkan cucu pada orangtua.

Kadang, orangtua menduga, anak mereka hanya berbuat iseng dengan teman-teman satu jenis kelamin. Paling jauh, mereka menganggap hal ini tidak terlalu serius.

Bagaimana pun, perkawinan dan meneruskan keturunan, tetap suatu hal yang suci. Karena itu, suatu situs web khusus, mencoba menghubungkan wanita lesbian dan pria homo. Dengan tujuan, wanita lesbian dan pria homo bisa melangsungkan pernikahan, dengan tujuan punya keturunan, sekedar untuk membahagiakan orangtua.rnw

sumber :http://www.surya.co.id/2010/01/15/kontes-mr-gay-pertama-di-tiongkok.html

sumber : http://unic77.blogspot.com/2010/01/kontes-mr-gay-pertama-di-tiongkok.html

[Via http://ntunk.wordpress.com]

No comments:

Post a Comment